Sabtu, 17 Januari 2009

"Popularitas Tidak Penting"
Sandra Dewi
M.James, kontributor INILAH.COM
Sandra Dewi

INILAH.COM, Jakarta - Tidak banyak orang tahu kehidupan Sandra Dewi ketika mengawali karirnya di dunia model, demikian pula ketika ia terjun ke seni peran. Namun akting serta wajah manisnya di film Quickie Express memukau banyak penonton. Ia pun mendadak jadi idola.

Bernama lengkap Monica Nicholle Sandra Dewi Gunawan Basri, perempuan kelahiran Pangkal Pinang, 18 Agustus 1983 ini hijrah ke Jakarta tahun 2001 untuk memperbaiki hidup dengan melanjutkan kuliah di London School Of Public Relations. Ia pun mencoba peruntungan dengan mengikuti ajang pemilihan Miss Enchanteur 2002 dan duta pariwisata Jakarta Barat. Namun, sejak meraih juara dua dalam ajang Fun Fearless Female Majalah Cosmopolitan 2006, nasib baik berpihak padanya.

Nia Dinata, salah satu juri dalam ajang tersebut, menawarinya untuk casting. Sulung tiga bersaudara pasangan Andreas Gunawan Basri dan Chatarina Erliani ini pun berhasil mendapat peran sebagai Lila, dokter cantik dan pintar di film Quickie Express (2007) bersama Tora Sudiro dan Aming. Nama Sandra kemudian semakin terkenal berkat perannya di sinetron kejar tayang Cinta Indah dan posenya yang menantang dalam majalah pria FHM.

INILAH.COM berkesempatan berbincang dengan Sandra Dewi di sela kegiatan syutingnya. Berikut wawancara lengkapnya.

Kamu sekarang sudah terkenal, apa ada perubahan di diri kamu?

Kalau aku dibilang sedang naik daun, tidaklah, sama saja. Biasa saja tidak ada perbedaan. Kehidupan aku tidak pernah berubah. Paling kerjaan saja makin banyak dan itu rejeki. Waktu bersama juga berubah, tapi yang lain tidak.

Apa sih arti popularitas buat kamu?

Popularitas itu sebenarnya tidak penting, yang penting adalah kita sukses. Bagi aku ukuran sukses itu orang yang bahagia. Ketika aku bahagia menjalani pekerjaan aku maka orang itu sukses. Jadi popularitas tidak penting.

Bisa ceritakan cara kamu membagi waktu?

Aku senang kerja dan aku melakukan syuting. Setelah itu aku pulang ke rumah, maka aku jadi orang rumahan. Status artis dan dunia akting yang aku jalani hanyalah pekerjaan sambilan.

Bagaimana konsekuensi yang kamu hadapi dengan menjadi selebriti?

Menurut aku konsekuensi ketika aku terjun ke dunia entertainment adalah banyak yang akan kenal aku. Sekarang aku mikir dalam melakukan setiap pekerjaan, terutama apakah para fansku, yaitu ibu-ibu suka dengan pekerjaan yang aku lakukan.

Apa itu berarti kamu akan tergantung dengan pendapat mereka?

Mereka itu punya peran besar sekali. Aku akan survey apakah ibu-ibu suka aku nyanyi, mengambil peran jahat dan sebagainya. Jadi tergantung fans, karena fans aku itu banyak ibu-ibu dan anak kecil. Ketika aku ingin nyanyi dan mereka dukung, maka aku menyanyi.

Bagaimana jika profesi menuntut kamu berada di jalur lain?

Ketika aku memilih peran, aku punya dua pilihan, ikuti kata hati dan dengarkan masyarakat bicara. Aku mengerti perasaan mereka inginnya aku tidak berubah karakter, selalu baik. tapi ketika aku milih tidak bicara dan menerima peran jahat, aku takut mereka akan tidak suka. Karena tanpa mereka aku itu bukan apa-apa.

Apa alasan kamu pindah ke Jakarta?

Aku nggak mau sama seperti orang-orang di daerahku, yang lulus sekolah, lalu menikah, dan punya anak. Makanya, aku pindah ke Jakarta. Karena ingin sukses di pendidikan itulah aku hijrah ke Jakarta.

Kamu tadinya model kemudian terjun ke akting, apa yang kamu cari?

Aku bisa menggeluti pentas akting dan main sinetron Cinta Indah, berawal ketika aku terpilih menjadi Miss Enchanteur. Sejak itulah tawaran main sinetron berdatangan. Tapi, aku akan tetap main sinetron dan mengembangkan kemampuanku di bidang keartisan

Kenapa kamu memilih dunia hiburan?

Entertainment itu cuma bidang yang membuat aku merasa enjoy, tapi aku tidak ingin masuk ke dunia glamour. Aku cuma ingin melakukan hal-hal baru. Aku ingin tetap memrioritaskan pendidikan ketimbang karir di dunia entertainmen. (E2)

Tidak ada komentar: